Kami memiliki
tiga patung Bunda Maria. Ketiga-tiganya kami pajang di atas lemari buku. Patung
pertama dan kedua merupakan suvenir yang diberikan teman dan adik kami. Kedua
patung itu tampak cantik meski ukurannya tidak sebesar patung ketiga. Patung
ketiga adalah patung Bunda Maria yang berukuran besar. Tingginya sekitar 50 cm.
Di belakang kepalanya terselip korona besi. Hidung patung ini pun tampak lebih
mancung. Sekilas patung ini mirip boneka Barbie. Kendati begitu, patung ketiga
ini tetap tidak secantik kedua patung yang lain. Mengapa? Patung ini cacat. Pergelangan
tangan di lengan kirinya hilang entah kemana.
Kitab Kejadian
menyatakan bahwa manusia diciptakan seturut citra Allah. Sifat-sifat Allah
menurun di dalam dirinya. Akal dan budi yang dimiliki manusia menjadi bukti
dari hal itu. Namun, akal dan budi sering dimatikan. Manusia pun kerap jatuh ke
dalam dosa. Kendati sedih, Allah tetap
menyayangi manusia. Di mata Allah, manusia tetaplah sempurna. Belas kasih Tuhan
membuat wajah manusia tidak bercacat cela.
Kita serupa patung. Meski penampilan fisik dan mental begitu prima dan menawan, kita begitu
rentan. Mudah retak dan pecah. Mudah jatuh dalam kesombongan dan pencobaan. Segala
prestasi dan kelebihan yang kita miliki di dunia ternyata tidak membuat diri
kita tampak lebih baik di hadapan Tuhan. Sungguh kita serupa patung yang cantik
tapi cacat.
Untuk itu, pesan Injil
selalu menuntut kita untuk bersikap rendah hati seraya selalu memohon belas
kasih Tuhan. Bersama-Nya, kerentanan dapat diubah menjadi energi positif untuk
terus memperbaiki diri. Suka tidak suka, inilah pembelajaran yang harus kita
jalani seumur hidup. Tidak mudah memang. Namun, kita yakin dan percaya bahwa
belas kasih Tuhan membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap
saat. (PHW)
Sumber Gambar : legacyoftherealms.obsidianportal.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar